TASAWUF HAMKA
MAKALAH
Disusun Sebagai Salah satu Tugas Mata Kuliah Ilmu Tasawuf
Disusun Sebagai Salah satu Tugas Mata Kuliah Ilmu Tasawuf
SITI SADIAH
12214110217
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR
2013
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Segala puji dan
syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan nikmat
dan karunia-Nya berupa iman, islam dan ilmu serta bimbingann-Nya sehingga
penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Tasawuf HAMKA”.
Makalah ini
disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ilmu Akhlak Tasawuf. Penyusun
berharap, makalah ini bermanfaat untuk
menambah pengetahuan mengenai tasawuf HAMKA, mengenal siapa itu HAMKA , serta
pemikiran tasawuf HAMKA .
Penyusun juga mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1
Ibu dosen Dra. Gamar Assegaf M.Phil.
yang dengan ikhlas telah memberikan
ilmunya, bimbingan dan kesabarannya hingga akhirnya makalah ini dapat selesai
tepat pada waktunya.
2
Semua staf dan pegawai perpustakaan yang banyak memberikan referensi buku sehingga penyusun mudah menyusun makalah.
Tentunya makalah
ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu kritik
dan saran yang membangun dari semua pihak sangat penyusun harapkan demi
penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Penyusun berharap, makalah ini dapat
bermanfaat untuk ke depan dan
rekan-rekan mahasiswa lainnya. Aamiin.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Bogor,
24 Mei 2013
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di era globalisasi dan
arus perkembangan zaman yang tak terbendung seperti sekarang ini, perkembangan
kehidupan masyarakat pun tak ubahnya
ikut terbawa dan mau tidak mau kita harus mampu menyesuaikan diri dengan
perkembangan dan kemajuan tersebut. Kemajuan zaman, hiruk pikuk kehidupan serta
gemerlap kehidupan duniawi mengarah pada kemerosotan dan keterpurukan moral
manusia. Kehidupan kerohanian dipandang sebelah mata. Manusia terlalu sibuk
mencari harta dan kekayaan sebanyak-banyaknya. Mereka merasa bangga dengan
hasil pendapatan otaknya. Segala sesuatu harus ditaklukkan kepada realita,
segala sesuatu harus berdasarkan rasional (akal).
Mencari dan mendapatkan
hidup keduniawian ternyata menimbulkan kejenuhan yang begitu besar. Puncak
keindahan bukanlah terletak pada barang, kemewahan ataupun jabatan , karena
masih ada sesuatu yang kosong dibalik semua itu yakni kepuasan dan ketenteraman
batin. Akhlak Tasawuf merupakan salah satu solusi untuk mendekatkan diri kepada Yang Maha Pencipta, Tuhan seluruh alam. Akhlak Tasawuf
merupakan akhlak terhadap Tuhan dengan membersihkan jiwa serta pengamalan
secara benar.
Pengkajian tasawuf
terhadap tokoh sufi dimaksudkan untuk mengetahui lebih lanjut dan secara
spesifik ajaran-ajaran tasawuf yang di bawa oleh para sufi sehingga dapat
diambil kesimpulan maupun perbandingan.
Diantaranya HAMKA,
beliau seorang ulama besar, penulis dan muballig. HAMKA membawa pemikiran
tasawuf yang modern yaitu bukanlah tasawuf yang meninggalkan keduniaan
melainkan tasawuf merupakan alat untuk beribadah kepada Allah.
B. Rumusan Masalah
1.
Siapakah Hamka itu?2.
Bagaimana pemikiran dan
ajaran tasawuf Hamka?3.
Bagaimana corak pemikiran
tasawuf Hamka
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini
adalah untuk memberikan pengetahuan kepada para pembaca untuk mengenal salah
satu tokoh tasawuf Indonesia yakni
HAMKA, mengetahui tentang tasawuf modern yang dibawa HAMKA, Pemikiran
tasawufnya, serta corak tasawuf HAMKA.
BAB II PEMBAHASAN
A. Riwayat Hidup HAMKA (Buya Hamka)
HAMKA merupakan
singkatan dari Haji Abdul Malik Karim Amrullah. Beliau di lahirkan di tanah
sirah, sungai Batang di tepi Danau Maninjau, pada tanggal 17 Februari 1908,
bertepatan dengan 14 Muharram 1326 H. Ayahnya seorang ulama Islam terkenal
bernama Dr. Haji Abdul Karim Amrullah atau biasa disebut Haji Rasul pembawa paham-paham
pembaharu Islam di Minangkabau. Ayah Hamka termasuk keturunan Abdul Arief,
gelar tuanku Pauh Pariaman atau Tuanku Nan Tuo, salah seorang pahlawan paderi.
Tuanku Nan Tuo adalah salah seorang ulama yang memainkan peranan penting dalam
kebangkitan kembali pembaharuan di Minangkabau, dan sebagai guru utama Jalal
Ad-din. Kondisi kesosialan keagamaan pada masa Hamka menuntut adanya pemikiran
pemikiran baru yang membawa ummat pada ajaran Al-Qur’an dan hadits yang lurus,
yang tidak bercampur dengan adat istiadat.
Pada usia 6 tahun
(1914) beliau dibawa ayahnya ke Padang Panjang. Pada usia 7 tahun Hamka
di sekolahkan ayahnya di sekolah desa pada pagi hari dan malamnya belajar
mengaji Al-Qur’an dengan ayahnya sendiri sehingga khatam. Dari tahun 1916
sampai tahun 1923 Hamka belajar agama di sekolah-sekolah ‘Diniyah School’ dan
‘Sumatera Thawalib’ didaerah Padang
Panjang dan Parabek. Guru-guru beliau waktu itu adalah Syekh Ibrahim Musa
Parabek, Engku Mudo Abdul Hamid dan Zainuddin Labay.
Pada tahun 1924, beliau
pergi ke Yogyakarta dan mulai mempelajari pergerakan-pergerakan Islam yang
mulai bergelora. Beliau kursus pergerakan Islam dari H.O.S. Tjokroaminoto, H.
Fakhruddin, R.M. Suryopronoto dan iparnya sendiri A.R. St. Mansur.
Pada Juli 1925 Beliau
mendirikan tablig muhamadiyah di rumah ayahnya di Gatangan, Padang Panjang. Dan
sejak itulah ia berkiprah di Muhamadiyah setelah berkenalan dengan tokoh muhamadiyah
di pekalongan. Pada Februari 1927 beliau berangkat ke Makkah untuk menunaikan
ibadah haji dan bermukim disana sekitar 6 bulan. Selama di Makkah beliau
bekerja disebuah percetakan dan kemudian pulang ke Medan dan menjadi guru agama
pada sebuah perkebunan selama beberapa bulan dan kembali ke kampung halamannya
pada tahun 1927.
Tahun 1928 HAMKA menjadi
peserta muktamar Muhamadiyah di Solo.Sejak saat itu ia selalu hadir dalam
muktamar Muhmadiyah hingga akhir hayatnya sejak saat itu hamka memangku
beberapa jabatan, mulai dari ketua bagian taman pustaka, ketua tablig, hingga
menjadi ketua Muhamadiyah cabang Padang Panjang. Pada tahun 1930 ia mendirikan
Muhamadiyah di Bengkalis. Pada 1931 Hamka ke makasar untuk menjadi mubalig
muhamadiyah dalam rangka menggerakkan semangat untuk menyambut muktamar
muhamadiyah ke 21 (mei 1932) di Makasar. Pada 1934 ia di angkat menjadi
Majelis Konsul Muhamadiyah Sumatra Tengah.
Pada 22 Januari 1936 ia
pindah ke medan dan menggawangi gerakan Muhamadiyah di Sumatra Timur. Ia juga
memimpin majalah Pedoman Masyarakat. Pada 1942 ia terpiih menjadi pemimpin
Muhamadiyah Sumatra Timur dan pada tahun 1945 ia pindah ke sumatra barat dan
terpilih menjadi pimpinan muhamadiyah Sumatra barat pada 1946-1949. Pada
muktamar muhamadiyah ke 32 di purwokerto (1953), Hamka terpilih menjadi anggota
pimpinan pusat Muhamadiyah dan semenjak itu ia selalu dipilih dalam muktamar,
tetapi pada 1971 ia memohon izin untuk tidak di pilih karna uzur, tetapi ia
diangkat menjadi penasihat pimpinan pusat Muhamadiyah sampai akhir hayatnya.
Sejak 1949 HAMKA pindah
ke Jakarta setelah tercapainya persetujuan Roem Royen. Dan pada tahun 1950 ia
menjabat pegawai negeri golongan F di kementrian agama yuang di pimpin KH.
Abdul Wahid hasyim. Saat itu ia juga ditugaskan memberi kuliah di
beberapa perguruan tinggi Islam. Pada tahun 1952 beliau
diangkat oleh Pemerintah menjadi anggota Badan Pertimbangan Kebudayaan dan
menjadi Guru Besar di Perguruan Tinggi Islam dan Universitas Islam di Makassar
serta menjadi penasihat di Kementrian Agama.
Pada permulaan tahun
1959, Majelis Tinggi University Al-Azhar Kairo memberikan gelar Ustaziyah
Fakhiriyah (Doctor Honoris Causa) kepada Hamka. sejak saat itu berhaklah beliau
memakai titel ‘Dr’ di pangkal namanya. Tahun 1962, beliau mulai menafsirkan
Al-Qur’an dengan nama ‘Tafsir Al-Azhar’. Pada hari Sabtu 6 Juni 1974 beliau
mendapat gelar ‘Dr’ dalam Kesusasteraan di Malaysia. Hamka dilantik sebagai
Ketua Umum Majelis Ulama indonesia pada tanggal 26 Juli 1975 bertepatan dengan
17 Rajab 1395 Hijriah.
B.
Pemikiran dan Ajaran Tasawuf HAMKA
selengkapnya silahkan klik disini
No comments:
Post a Comment
silahkan poskan komentar anda..komentar diharap tidak rasisme, santun dan tidak mengandung sara..terima kasih ^_^